Thursday 24 January 2013

Imbuhan Asing


Imbuhan Asing (-man, -wan, -wati, -i, -wi, -iah, -is, -istis, -isasi) dan Contoh-contohnya---

Selain imbuhan yang berasal dari B.Indonesia sendiri (-kan, me-, di-, dan lain-lain), kita juga mengenal imbuhan asing. Imbuhan asing ini sudah diserap dan disesuaikan dengan ejaan yang baku, EYD.
Imbuhan yang berasal dari asing itu adalah:
a. Berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu: -man, -wan, -wati.
b. Berasal dari bahasa Arab, yaitu: -i, -wi, -iah.
c. Berasal dari bahasa Inggris, yaitu: -is, -istis, -isasi.

Contoh kata-kata berimbuhan asing tersebut adalah:
- seniman (asal kata: seni)
- hartawan (asal kata: harta)
- wartawati (asal kata: warta)
- insani (asal kata: insan)
- duniawi (asal kata: dunia)
- lahiriah (asal kata: lahir)
- praktis (asal kata: praktik)
- materialistis (asal kata: material)
- spesialisasi (asal kata: spesial)

Lalu, jika ada masalah dengan kata kameraman, apakah betul?
Jawabnya, salah. Kameraman tersebut berasal dari kata bahasa Inggris 'cameraman' dan kita tidak mengenal imbuhan asing -man dari bahasa Inggris.
Jadi, yang benar adalah kamerawan

Latihan soal pencitraan pada puisi



Latihan SOAL CITRAAN PADA PUISI

Citraan disebut juga Imaji. Citraan adalah efek yang ditimbulkan oleh kata atau susunan kata dalam puisi terhadap pancaindera manusia 

1. ANAK YANG ANGKUH
Betapa dinginnya air sungai
Dinginnya! Dinginnya!
Betapa dinginnya daging duka
Yang membaluti tulang-tulangku
. . . .
Karya W.S. Rendra
Puisi tersebut menimbulkan citraan . . . .
a. penglihatan 
b. perabaan
c. penciuman 
d. pendengaran

2. Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kata bercetak miring dalam penggalan puisi di atas mengandung citraan . . . .
a. pendengaran 
b. penglihatan
c. penciuman 
d. perasaan

3. Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sunyi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap
dan suara menderu
Dia masih sangat muda
Citraan yang terdapat pada larik keempat penggalan puisi di atas adalah . . . .
a. penglihatan 
b. perabaan
c. pendengaran
d. penciuman

4. BALADA IBU YANG DIBUNUH
Bulan sabit terkait malam memberita datangnya
Waktu makan bayi-bayinya mungil sayang
Matanya berkata pamitan, bertolaklah ia
Dirasukinya dusun-dusun, semak-semak, taruhan harian atas nyawa
Citraan yang terdapat pada larik pertama penggalan puisi di atas adalah . . . .
a. penglihatan 
b. perabaan 
c. pendengaran
d. penciuman

5. Tangisan terus terdengar
seakan alam tak mau kompromi
manusia terjajar
terkapar . . . .
hanya doa yang terucap untuk saudara kami
TSUNAMI: JERITAN HATI Karya: Yulia Puspa
Citraan pendengaran terdapat pada baris . . . .
a. kesatu dan ketiga 
b. kedua dan keempat
c. kesatu dan kelima
d. kedua dan ketiga

6. Ladang Petani
Karya A. Hasjmi

Tersisih jauh di luar kota,
Mendatar ladang setentang mata,
Dalamnya penuh tanam-tanaman,
Senang riang pandangan mata,
Damai aman hati dan sukma,

Di tengah-tengah tanaman muda,
Petani berdiri dengan senangnya,
Memandang ladang penuh kejayaan,
Tumbuh-tumbuhan banyak macamnya hanya membayangkan datang zaman sentosa,
Citraan pada bait ke-2 kutipan puisi tersebut adalah …
a. Penglihatan 
b. Perasaan
c. perabaan 
d. pendengaran

Jawaban: 1)B, 2)A, 3)C, 4)A, 5)C, 6)A

Citraan pada PUISI


Citraan atau pengimajian dan contoh-contoh puisinya

Citraan atau pengimajian dan contoh-contoh puisinyaPenulis mencoba sedikit memberi gambaran tentang citraan puisi atau mungkin dikenal juga sebagai pengimajian atau imaji puisi yang disertai dengan contoh-contoh puisi beberapa tokoh. Sehingga akan memudahkan pemahaman kita terhadap citraan puisi, pengimajian, atau imaji puisi. Sebelumnya penulis mohon maaf jika ada yang tidak berkenan, mohon kritikannya. Dan baiklah tanpa berbasa-basi panjang lebar, kita langsung saja.
Dalam puisi, untuk memberi gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana yang khusus, untuk membuat (lebih) hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan dan juga untuk menarik perhatian, penyair juga menggunakan gambaran-gambaran angan (pikiran), di samping alat kepuitisan yang lain. Yang kemudian menurut Pradopo, gambaran-gambaran angan dalam puisi itu disebut citraan (imagery).
Menurut Altenbernd bahwa citraan atau pengimajian adalah gambaran-gambaran angan atau pikiran, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji. Gambaran pikiran ini adalah sebuah efek dalam pikiran yang menyerupai, atau gambaran yang dihasilkan oleh pengungkapan objek. Sehubungan dengan pengertian ini, maka arti kata harus diketahui, harus dapat diingat pengalaman indera atas objek yang disebut atau diterangkan.
Istilah citraan dalam puisi dapat dan sering dipahami dalam dua cara. Yang pertama dipahami secara reseptif, dari sisi pembaca. Dalam hal ini citraan merupakan pengalaman indera yang terbentuk dalam rongga imajinasi pembaca, yang ditimbulkan oleh sebuah kata atau rangkaian kata. Yang kedua dipahami secara ekspresif, dari sisi penyair, yakni ketika citraan merupakan bentuk bahasa (kata atau rangkaian kata) yang dipergunakan oleh penyair untuk membangun komunikasi estetik atau untuk menyampaikan pengalaman inderanya. Hal ini senada dengan Effendi yang secara jelas mengatakan bahwa penggunaan kata yang konkret dan khas dan penataan kata-kata itu dalam larik dan bait demikian rupa sehingga menggugah timbulnya imaji disebut pengimajian atau pencitraan.
 Jenis-jenis Citraan
Gambaran-gambaran angan itu ada bermacam-macam, dihasilkan oleh indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pencecapan, penciuman, perasaan, dan gerak.
Citraan yang timbul oleh penglihatan disebut citra penglihatan (visual imagery), yang ditimbulkan oleh pendengaran disebut citra pendengaran (auditory imagery) dan sebagainya. Gambaran-gambaran angan yang bermacam-macam itu tidak dipergunakan secara terpisah-pisah oleh penyair dalam sajaknya, melainkan dipergunakan bersama-sama, saling memperkuat dan saling menambah kepuitisannya. Berikut adalah penjelasan tentang jenis-jenis citraan serta contoh-contoh puisinya.
 1)   Citraan Penglihatan
Yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indera penglihatan (mata). Citraan ini dapat memberikan rangsangan kepada mata sehingga seolah-olah dapat melihat sesuatu yang sebenarnya tidak terlihat.
 Contoh puisi:
Ada elang laut terbang
senja hari
antara jingga dan merah
surya hendak turun
pergi ke sarangnya.
………………………….
(Elang Laut / Asrul Sani)

2)   Citraan Pendengaran
Yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indera pendengar (telinga). Citraan ini dapat memberikan rangsangan kepada telinga sehingga seolah-olah dapat mendengar sesuatu yang diungkapkan melalui citraan tersebut.
 Contoh puisi:
Tak bisa kupenuhi panggilanmu
Meskipun suaramu bagaikan jeritan rem
Di telingaku. ………………..
……………………….
(Aku Harus Pergi / Acep Zamzam Noor)

3)   Citraan Perabaan
Yaitu citraan yang melibatkan indera peraba (kulit). Misalnya kasar, lembut, halus, kasar, panas, dingin, dsb.
 Contoh puisi:
……
Kata
Adalah 12 tangan dewa
Memeluk sakti
Patung batu
……..
(Candi / Sitor Situmorang)
 4)   Citra Pencecapan
Yaitu citraan yang melibatkan indera pencecapan (lidah). Melalui citraan ini seolah-olah kita dapat merasakan sesuatu yang pahit, asam, manis, kecut, dll.
 Contoh puisi:
Hari mekar dan bercahaya:
Yang ada hanya sorga. Neraka
Adalah rasa pahit di mulut
Waktu bangun pagi
(Pembicaraan / Subagio Sastrowardojo)

5)   Citraan Penciuman
Yaitu citraan yang berhubungan dengan indera pemciuman (hidung). Kata-kata yang menngandung citraan ini menggambarkan seolah-olah objek yang dibicarakan berbau harum, busuk, anyir, dll.
 Contoh puisi:
…………
Bau parfummu yang memabukkan
Tiba-tiba menyelinap lewat pintu kamar mandi
……….
(Menjadi Penyair Lagi / Acep Zamzam Noor)

6)   Citraan Perasaan
Yaitu citraan yang melibatkan hati (perasaan). Citraan ini membantu kita dalam menghayati suatu objek atau kejadian yang melibatkan perasaan.
 Contoh puisi:
Betapa telah kulampaui waktu, kulewati ruang
Betapa telah katakik hati sendiri
Tanpa kutahu kerontang hari-hari sepiku
Tanpa kutahu hidupku dalam sembilu
(Masih Buat Ria Soemarta / Acep Zamzam Noor)

7)   Citraan Gerak
Yaitu citraan yang secara konkret tidak bergerak, tetapi secara abstrak objek tersebut bergerak.
 Contoh puisi:
Pohon-pohon cemara di kaki gunung
Pohon-pohon cemara
Menyerbu kampung-kampung
…………
(Sarangan / Abdul Hadi

Membuat Proposal dan karya ilmiah


A. Membuat Kerangka Proposal

    Di Kelas Unggul ini, Anda harus menguasai penulisan proposal. Namun, terlebih dahulu, Anda akan diperkenalkan dengan cara pembuatan kerangka proposal. Tahukah Anda apa yang dimaksud dengan proposal? Proposal adalah rencana kerja yang disusun secara sistematik dan terperinci untuk suatu kegiatan yang bersifat formal (Finoza, 1999:157). Proposal atau rencana kerja hampir sama fungsinya dengan kerangka karangan. Sebelum kita memulai suatu kegiatan, tentunya, diperlukan suatu rencana kerja yang jelas. Dengan adanya proposal itu, kita akan tahu hal-hal apa saja yang harus dikerjakan, berapa biaya yang diperlukan, dan sebagainya. Namun lebih dari itu, proposal juga penting dalam kaitannya dengan pengajuan suatu permohonan untuk mendapatkan persetujuan maupun mendapatkan bantuan berupa dana dan sarana.
    Ada beberapa bentuk proposal, antara lain proposal penelitian, proposal rencana kegiatan atau pembangunan, dan proposal bantuan dana. Berikut ini adalah kerangka yang harus diperhatikan saat akan menyusun proposal.
1. Dasar Pemikiran
2. Jenis Kegiatan
3. Tema Kegiatan
4. Tujuan
5. Peserta Kegiatan
6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
7. Susunan Kepanitian
8. Anggaran Biaya
9. Acara Kegiatan
10. Penutup
Dalam membuat kerangka proposal, Anda harus mengikuti sistematika berikut ini.
1. Dasar Pemikiran Dasar pemikiran dalam sebuah proposal berisi pokok-pokok pemikiran akan perlunya melaksanakan kegiatan tertentu.
2. Jenis Kegiatan Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan harus ada dalam isi proposal.
3. Tema Kegiatan Tema kegiatan dalam sebuah proposal berisi inti-inti kegiatan dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
4. Tujuan Kegiatan Setiap kegiatan pasti mempunyai tujuan. Tujuan tersebut harus dijelaskan agar ada manfaatnya. Penyusun proposal perlu merumuskan tujuan sedemikian rupa agar yang akan dicapai dapat diketahui dan dirasakan oleh pembaca proposal.
5. Peserta Kegiatan Peserta kegiatan meliputi siswa SMK Angkasa Kejora Yogyakarta dan guru SMK Angkasa Kejora Yogyakarta, serta berapa peserta yang mengikuti kegiatan tersebut.
6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan harus jelas dalam sebuah proposal agar proposal tersebut dapat diterima oleh pembaca. Kapan waktu kegiatan tersebut dan di mana tempat pelaksanaan kegiatan itu harus ditulis dengan jelas.
7. Susunan Kepanitiaan Para penyusun proposal dari suatu tim perlu menyeleksi kualifikasi dan bobot orang-orang yang duduk sebagai panitia pelaksana dalam kegiatan yang direncanakan. Hal ini untuk menjamin kelancaran jalannya suatu kegiatan.
8. Anggaran Biaya Anggaran biaya dalam suatu proposal harus ada, tetapi penyusunannya harus logis dan realistis, serta harus memerhatikan keseimbangan antara pengeluaran dan penghasilan. Hal ini dilakukan agar proposal dapat diterima oleh penyandang dana.
9. Acara Kegiatan Acara atau jadwal kegiatan harus jelas dan terperinci agar pada waktu kegiatan nanti tidak terjadi hal-hal yang menyimpang dari acara yang sudah ditentukan.
10. Penutup Bagian ini merupakan bagian akhir yang berfungsi menekankan bahwa proposal diajukan dengan sungguh-sungguh. Dalam bagian ini, hendaknya tergambar sikap optimistis dari pembuat proposal.

B. Menyusun Proposal proposal.

    Kemampuan Anda membuat kerangka proposal dapat membantu Anda membuat proposal. Kali ini, Anda akan berlatih membuat atau menyusun proposal. Proposal adalah rencana yang disusun secara sistematis dan terperinci untuk suatu kegiatan yang bersifat formal (Finoza, 1999:157). Kerangka yang harus diperhatikan pada saat akan menyusun proposal adalah sebagai berikut.
1. Dasar Pemikiran Dasar pemikiran dalam sebuah proposal berisi pokok-pokok pemikiran akan perlunya melaksanakan kegiatan tertentu.
2. Jenis Kegiatan Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan harus ada dalam isi proposal.
3. Tema Kegiatan Tema kegiatan dalam sebuah proposal berisi inti-inti kegiatan dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
4. Tujuan Kegiatan Setiap kegiatan pasti mempunyai tujuan. Tujuan tersebut harus dijelaskan agar ada manfaatnya. Penyusun proposal perlu merumuskan tujuan sedemikian rupa agar yang akan dicapai dapat diketahui dan dirasakan oleh pembaca proposal.
5. Peserta Kegiatan Peserta kegiatan meliputi siswa SMK Angkasa Bintang Surabaya dan guru SMK Angkasa Bintang Surabaya serta berapa jumlah peserta yang mengikuti kegiatan tersebut.
6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan harus jelas dalam sebuah proposal agar proposal tersebut dapat diterima oleh pembaca. Kapan waktu kegiatan tersebut, di mana tempat pelaksanaan kegiatan itu.
7. Susunan Kepanitiaan Para penyusun proposal dari suatu tim perlu menyeleksi kualifikasi dan bobot orang-orang yang duduk sebagai panitia pelaksanaan dalam kegiatan yang direncanakannya. Hal ini untuk menjamin kelancaran jalannya suatu kegiatan.
8. Anggaran Biaya Anggaran biaya dalam suatu proposal harus ada, tetapi penyusunannya harus logis dan realistis, serta harus memperhatikan keseimbangan antara pengeluaran dan penghasilan. Hal ini agar diterima oleh penyandang dana.
9. Acara Kegiatan Acara atau jadwal kegiatan harus jelas dan terperinci agar pada saat kegiatan berlangsung tidak terjadi hal-hal yang menyimpang dari acara yang sudah ditentukan.
10. Penutup Bagian ini merupakan bagian akhir yang berfungsi menekankan bahwa proposal diajukan dengan sungguh-sungguh. Dalam bagian ini, hendaknya tergambar sikap optimistis dari pembuat proposal.

C. Menyusun Laporan Ilmiah

    Dalam pelajaran sebelumnya, Anda telah membuat kerangka proposal dan menyusun proposal. Sekarang, Anda akan belajar menyusun laporan ilmiah. Setelah Anda membuat proposal, Anda dapat lebih memahami penyusunan laporan ilmiah berikut. Laporan ilmiah adalah bentuk tulisan ilmiah yang disusun berdasarkan data setelah penulis melakukan percobaan, peninjauan, pengamatan, atau membaca artikel ilmiah.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan tentang laporan ilmiah.
1. Kegiatan menulis laporan ilmiah merupakan kegiatan utama terakhir dari suatu kegiatan ilmiah.
2. Laporan ilmiah mengemukakan permasalahan yang ditulis secara benar, jelas, terperinci, dan ringkas.
3. Laporan ilmiah merupakan media yang baik untuk berkomunikasi di lingkungan akademisi atau sesama ilmuwan.
4. Laporan ilmiah merupakan suatu dokumen tentang kegiatan ilmiah dalam memecahkan masalah secara jujur, jelas, dan tepat tentang prosedur, alat, hasil temuan, serta implikasinya.
5. Laporan ilmiah dapat digunakan sebagai acuan bagi ilmuwan lain sehingga syarat-syarat tulisan ilmiah berlaku juga untuk laporan. Laporan ilmiah, umumnya, mempunyai garis besar isi (outline) yang berbeda-beda, bergantung dari bidang yang dikaji dan pembaca laporan tersebut.
    Namun, umumnya, isi laporan terdiri atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.

1. Bagian Pendahuluan,

terdiri atas:
a. Judul
b. Kata Pengantar
c. Daftar Isi

2. Bagian Isi,

terdiri atas:
a. Pendahuluan
b. Bahan dan Metode
c. Hasil Kegiatan
d. Pembahasan

3. Bagian Penutup,

terdiri atas:
a. Daftar Pustaka
b. Lampiran Berikut ini adalah beberapa langkah penulisan laporan ilmiah yang patut Anda perhatikan.
1. Tuliskan outline secara sederhana dengan mengatur topik-topik dalam urutan yang logis, konsisten, dan sistematis.
2. Kembangkan outline tersebut dengan cara memberikan judul, subjudul, bagian, dan subbagian.
3. Tuliskan hal yang akan diuraikan pada setiap judul, subjudul, bagian, dan subbagian.
4. Cantumkan pada setiap judul, subjudul, bagian, dan subbagian beberapa tabel, grafik, gambar, atau analisis statistik yang dapat melengkapi argumentasi dalam bahasan.
5. Penulisan laporan mengacu pada outline yang sudah dilengkapi dengan tabel, grafik, gambar, atau analisis statistik lain.
6. Pada awal menulis, jangan terlalu memperhatikan gaya bahasa yang digunakan karena penulis harus langsung menuju sasaran untuk menyelesaikan draft pertama dari laporan lengkap.
7. Gaya bahasa, sebaiknya, diperbaiki setelah draft pertama dari laporan lengkap selesai ditulis, dengan memerhatikan:
a. konsistensi dan kesinambungan materi;
b. menghilangkan pengulangan makna kalimat agar kalimat menjadi jelas dan tulisan menjadi ringkas; dan
c. memperhatikan cara penulisan rujukan.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan saat penulisan rujukan atau daftar pustaka. Laporan ilmiah, biasanya, dilengkapi dengan daftar pustaka. Daftar pustaka berisi daftar buku-buku atau referensi yang dijadikan rujukan dalam laporan ilmiah.
Berikut cara penulisan daftar pustaka.
a. Nama penulis dalam daftar pustaka dituliskan secara terbalik. Artinya, nama belakang ditulis di awal. Lalu, diikuti nama depannya. Cara penulisan ini berlaku secara internasional, tanpa mengenal tradisi dan kebangsaan.
Contoh: Mochtar Lubis ditulis Lubis, Mochtar. Djago Tarigan ditulis Tarigan, Djago.
b. Jika sumber buku tersebut ditulis oleh dua orang, nama pengarang dituliskan semuanya, tetapi nama yang penulisannya dibalikkan hanya nama penulis yang pertama. Contoh: Sofia, Adib dan Sugihastuti. 2003. Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang. Bandung: Katarsis.
c. Jika sumber buku tersebut ditulis oleh lebih dari dua orang, yang ditulis hanya nama penulis pertama dan diikuti dengan et all. (et allii = dan lain-lain) atau dan kawan-kawan (dkk.). Contoh: Elias, Maurice J. (dkk.) 2002. Cara-Cara Efektif Mengasah EQ Remaja. Bandung: Kaifa.
d. Penulisan judul buku digarisbawahi atau dicetak miring.
e. Urutan penulisan daftar pustaka disusun berdasarkan abjad penulis setelah nama penulis dibalik. Dalam daftar pustaka, tidak perlu digunakan nomor urut.
f. Baris pertama diketik mulai ketukan pertama dari batas tepi margin dan baris berikutnya diketik mulai ketukan kelima atau satu tab dalam komputer.
g. Jarak antara baris pertama dengan baris berikutnya yang merupakan kelanjutannya adalah spasi rapat. Jarak antara sumber satu dengan sumber lainnya adalah spasi ganda. Contoh: Sofia, Adib dan Sugihastuti. 2003. Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang. Bandung: Katarsis. Elias, Maurice
J. (dkk.) 2002. Cara-Cara Efektif Mengasah EQ Remaja. Bandung: Kaifa. Berdasarkan penjelasan tersebut, unsur-unsur dalam Daftar Pustaka dapat kita gambarkan seperti berikut. Nama Penulis (dibalik). Tahun terbit. Judul buku. Kota terbit: Penerbit. Selain memperhatikan bagian-bagiannya, perhatikan pula penggunaan tanda baca. Selain buku, artikel surat kabar, makalah, dan skripsi atau tesis pun sering dijadikan sumber rujukan karya tulis.
Berikut cara penulisannya dalam Daftar Pustaka.
1) Sumber berupa artikel surat kabar Cara penulisannya: Kusmayadi, Ismail. 2007. "Optimistis Menghadapi Ujian Nasional". Pikiran Rakyat (18 April 2007).
2) Sumber berupa makalah Cara Penulisannya: Harjasudana, Ahmad Slamet. 1999. "Kondisi Kebahasaan dan Pendidikan Bahasa Dikaitkan dengan Pengembangan Kompetensi Komunikatif". Makalah seminar, UPI Bandung.
3) Sumber berupa skripsi atau tesis Cara penulisannya: Rahmawati, Eva. 2007. Pelajaran Membaca Cepat dengan Teknik Browsing (Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Handayani 2 Tahun Pelajaran 2006/2007). Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
   Sekarang, sumber informasi sudah semakin canggih dan lengkap. Teknologi internet telah menyediakan beragam informasi yang mudah untuk diakses. Bagaimana kita menuliskan sumber dari internet di dalam Daftar Pustaka?
Berikut cara penulisannya.
1) Jika karya perorangan, cara penulisannya: Pengarang/penyunting. Tahun. Judul (edisi). [jenis medium]. Tersedia: alamat di internet. [tanggal akses].
Contoh: Thompson, A. 1998. The Adult and the Curriculum. [Online]. Tersedia: http://www.ed.uiuc.edu/EPS/PES-Yearbook/1998/thompson. [30 Maret 2000].
2) Jika artikel dalam surat kabar, cara penulisannya: Pengarang. (tahun, tanggal, bulan). Judul. Nama surat kabar [jenis media], jumlah halaman. Tersedia: alamat internet [tanggal akses].
Contoh: Cipto, B. (2000, 27 April). "Akibat Perombakan Kabinet Berulang, Fondasi Reformasi Bisa Runtuh". Pikiran Rakyat [Online], halaman 8. Tersedia: http://www.pikiran-rakyat. com. [9 Maret 2000]

Menyimpulkan isi cerah dan Novel angkatan 20-30 an


A. Menyimpulkan Isi Ceramah
Mendengarkan ceramah tidak hanya membutuhkan konsentrasi sepanjang ceramah berlangsung.Mendengarkan ceramah juga harus didukung kemampuan memahami dan mengambil simpulan tentang isi ceramah. Apalagi jika materi ceramah merupakan hal penting yang harus dikuasai. Termasuk juga kegiatan pembelajaran di kelas.
Kadang masih ditemukan mata pelajaran yang disajikan dalam bentuk ceramah oleh guru. Pernahkah kalian menemui kesulitan ketika harus mengikuti ceramah? Apa saja kesulitan yang kalian temukan? Semoga kegiatan pembelajaran berikut akan banyak membantu kalian menjadi pendengar ceramah yang baik.
1. Mencatat Hal-hal Penting tentang Isi Ceramah
Materi ceramah memang biasanya berisi hal-hal yang penting. Namun, dari yang penting itu ada yang bisa dicatat sebagai hal inti yang merupakan pokok-pokok isi ceramah. Selain catatan tentang pokok-pokok ceramah itu sangat berguna, mencatat pada saat mendengarkan ceramah juga bisa menjadi sarana menjaga agar tetap konsentrasi terhadap ceramah.
2. Membuat Simpulan tentang Isi Ceramah
Pada akhir kegiatan mendengarkan ceramah, kalian harus dapat membuat simpulan tentang isi ceramah yang kalian dengarkan. Hal ini tentu dilakukan sebagai pengukur apakah ceramah yang disimak dapat dipahami atau tidak. Kegiatan menyimpulkan isi ceramah diawali dari hasil catatan pokok isi cermah yang telah kita buat, kemudian kita buat simpulannya.
B. Berceramah
Berceramah tak jauh berbeda dengan berpidato atau bentukbentuk penyajian lisan yang lain. Satu hal yang sedikit membedakan antara keduanya adalah pada ceramah tujuannya lebih fokus pada penjelasan atau penyampaian informasi yang sebelumnya belum diketahui oleh pendengarnya. Jadi, pada ceramah, benar-benar pendengarnya belum tahu dan sangat membutuhkan informasi yang diceramahkan, sedangkan pada pidato terkesan sekadar melengkapi acara dan isi pidatonya kadang diabaikan oleh pendengarnya.
Berlatihlah menjadi penceramah yang piawai, yang mampu mempengaruhi pendengar, dan sanggup memahamkan pendengar ceramah!
1. Merencanakan ceramah dalam bentuk garis besar ceramah
Sebelum melakukan ceramah, persiapan yang perlu dilakukan adalah membuat rencana ceramah dalam bentuk garis besar materi yang akan disampaikan. Hal ini mirip dengan berpidato dengan metode ekstemporan, yaitu berpidato dengan pedoman kerangka pidato. Garis besar isi sebuah ceramah adalah sebagai berikut.
a. Pembuka
Berisi sapaan kepada para peserta ceramah, menanyakan keadaan peserta ceramah, mengajak bersyukur, sampaikan ucapan terima kasih atas diberikannya kesempatan berbicara di depan para peserta, sampaikan harapan.
b. Pengantar menuju materi ceramah
Berisi penyampaian judul ceramah, isi materi yang akan dibahas, serta pentingnya materi tersebut dibahas dalam ceramah, perlu disampaikan juga metode ceramah, kapan peserta boleh bertanya, bagaimana prosedur penyampaian pertanyaan dan sebagainya.
c. Materi inti
Berisi penyampaian isi materi ceramah dengan uraian dan contoh sejelas-jelasnya sehingga peserta ceramah memperoleh kejelasan dan kepuasan setelah ceramah.
d. Simpulan ceramah
Sebelum ceramah diakhiri, sampaikan simpulan isi pembicaraan agar para peserta memperoleh satu pemahaman tentang materi yang diceramahkan.
e. Penutup
Jika sudah tidak ada pertanyaan atau permasalahan yang perlu dibahas dalam ceramah dan waktu yang disediakan untuk ceramah telah usai maka akhiri ceramah dengan mengucapkan terima kasih atas perhatian para peserta dalam mengikuti ceramah dan sampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan dalam penyampaian ceramah.
2. Mencari pendukung materi ceramah
Memberikan ceramah merupakan kegiatan menjelaskan suatu materi kepada para peserta ceramah. Oleh karena itu, isi materi harus didukung dengan berbagai bahan pendukung, sumber referensi dan sumber materi yang lain. Berdasarkan topik yang dipilih, carilah materi pendukung selengkap mungkin.
3. Melatih keberanian dan kelancaran berceramah
Kunci sukses orang berbicara di depan umum adalah keberanian. Sebagus apa pun persipan yang telah direncanakan, jika tidak didukung dengan keberanian menyampaikan materi pembicaraan di depan umum, maka persiapan tersebut menjadi sia-sia dan tidak berarti karena ceramah akan menemui kegagalan.
C. Menemukan Adat, Kebiasaan, dan Etika Moral dalam Novel 20-30an

Masyakarat dan budaya adalah dua hal yang tak mungkin dipisahkan. Di mana berkembang sekelompok masyarakat, di situlah berakarnya budaya masyarakat tersebut. Hal itu berlaku pada masyarakat tempo dulu sampai masyarakat sekarang. Untuk mengetahui keberadaan budaya masyarakat tempo dulu, dapat kita lakukan melalui penelitian fakta sejarah. Salah satu fakta sejarah adalah hasil karya budaya tulis berupa karya sastra.

1. Adat dan Kebiasaan dalam Novel 20-30an Novel, yang dikenal dengan sebutan roman, sudah bisa kita temukan sebagai hasil karya masyarakat tahun 20-30an. Sejarah sastra mencatat beberapa judul novel kala itu sebagai berikut.
1. Judul : Azab dan Sengasara,
Karya : Merari Siregar
Penerbit : Balai Pustaka tahun 1920
2. Judul : Asmara Djaya
Karya : Adinegoro
Penerbit : Balai Pustaka tahun 1928
3. Judul : Kalau Tak Untung
Karya : Selasih
Penerbit : Balai Pustaka
4. Judul : Salah Asuhan
Karya : Abdul Muis
Penerbit : Balai Pustaka 1928
5. Judul : Siti Nurbaya
Karya : Marah Rusli
Penerbit : Balai Pustaka 1922
Judul-judul novel tahun 20-30an tersebut baru sebagian kecil sebagai contoh bahwa pada kurun waktu 20-30an budaya cerita prosa telah cukup berkembang di nusantara. Pada pembelajaran ini kalian dapat amati temuan berupa adat dan kebiasaan pada novel 20-30an. Tentu saja hal itu harus dilakukan dengan ketekunan kalian mecari lalu membaca novel-novel tersebut.
Contoh : Adat dan kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut.
1. Menikahkan anak secara paksa (jodoh dipilihkan orang tua) Aminudin dijodohkan dengan wanita bukan pilihannya
2. Harta merupakan pertimbangan dalam menjodohkan anak Mariamin berasal dari keluarga kurang mampu maka ditolak oleh keluarga Aminudin.
3. Poligami (laki-laki dengan istri lebih dari satu) Kasibun mengku perjaka ternyata telah beristri, dan Mariamin dijadikan isteri kedua.
4. Kebiasaan minum dan berjudi Sutan Baringin ayah Mariamin menjadi bangkrut karena kebiasaan berjudi dan minum.

2. Etika Moral dalam Novel 20-30an
Sejak dulu sampai sekarang etika moral selalu dijunjung orang sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk berbudi yang menjaga etika dalm kehidupan dengan sesama manusia. Begitu juga dengan kehidupan tokoh-tokoh dalam novel 20- 30an juga mencerminkan etika-etika moral yang berkembang pada masa itu.
Contoh: Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut.
1. Anak sangat berbakti kepada orang tuanya Aminudin tak mencintai wanita pilihan orang tuanya namun tak berani menolak karena baktinya kepada orang tuanya.
2. Isteri sangat taat kepada suaminya Meskipun Mariamin ditipu oleh Kasibun yang mengaku perjaka, ia tetap berbakti kepada suaminya.
D. Menulis Surat Pembaca
Hal-hal yang secara nyata membedakan surat pembaca dari teks yang lain sebagai berikut.
1. Struktur
Susunan surat pembaca memang berbeda dari suratmenyurat biasa. Dalam surat pembaca alamat tujuan surat pembaca tidak ditulis dalam bagian tersendiri sebagaimana surat biasa. Namun demikian secara tersirat dapat diketahui surat pembaca itu ditujukan kepada siapa.
2. Gaya bahasa
Gaya bahasa surat pembaca sangat beragam, tergantung pada gaya masing-masing pengirim surat. Ada surat pembaca dengan gaya mempertanyakan, menyindir, mengimbau, bahkan ada yang menulis surat pembaca berbentuk puisi atau anekdot.
3. Kesantunan
Apapun gaya penyampaian dalam surat pembaca, yang tak boleh dilupakan adalah kesantunan. Entah itu kritikan, pertanyaan, usulan atau apa pun isinya sebaiknya disampaikan dengan penuh kesantunan agar tidak menyebabkan ketersinggungan pihak yang dituju.
E. Kebahasaan
1. Kalimat Majemuk Setara
Perhatikan contoh berikut! (a) Andika memetik mangga 3 buah. (b) Andika memberikan mangga itu kepada Cica. (c) Andika memetik 3 buah mangga lalu memberikannya kepada Cica.
Perhatikan kalimat (c), pada kalimat tersebut terkandung dua kegiatan yang dilakukan oleh orang yang sama. Karena subjek atau pelaku kalimat tersebut sama, maka cukup disebut satu kali. Sehingga kalimat (c) adalah kalimat yang memiliki dua predikat dan dinyatakan dengan satu subjek. Yang terjadi pada kalimat (c) adalah pelesapan dua subjek yang sama disebutkan satu kali.
Setelah subjek itu dilesapkan maka yang terjadi adalah sebuah kalimat dengan satu subjek dan dua predikat. Jika batasan klausa adalah predikat, kalimat (c) memiliki dua klausa. Kalimat dengan pola semacam itu disebut kalimat majemuk.
Kalimat (c) merupakan hasil penggabungan dari kalimat (a) dan (b). Oleh karena itu kedua klausa yang terdapat pada kalimat (c) memiliki kedudukan yang sama atau setara. Kalimat dengan pola lebih dari satu klausa dengan hubungan yang setara pada masing-masing klausa, disebut kalimat majemuk setara.
Antara satu klausa dengan klausa yang lain dihubungkan dengan sebuah konjungsi. Dari jenis konjungsi yang digunakan itulah dipilah ada 6 jenis kalimat majemuk setara.
(a) Setara menggabungkan, dengan konjungsi dan
(b) Setara memilih, dengan konjungsi atau
(c) Setara urutan waktu, dengan konjungsi lalu, kemudian
(d) Setara menguatkan, dengan konjungsi bahkan, lagi pula
(e) Setara sebab akibat, dengan konjungsi karena, sebab
(f) Setara mempertentangkan, dengan konjungsi tetapi
2. Pemakaian Kata-Kata yang Berhomonim dalam Kalimat
Perhatikan contoh berikut!
Meskipun telah dua kali disaring, air dari kali ini masih tetap keruh.
Jika kalian perhatikan, pada kalimat tersebut digunakan dua kata yang sama persis dalam tulisan maupun ucapan tetapi dengan makna yang berbeda. Kata kali pada bagian awal memiliki arti tingkat keseringan atau frekuensi, sedangkan kata kali yang kedua adalah padanan dari kata sungai. Sebuah kata digunakan pada dua tempat dengan bentuk dan ucapan yang sama tetapi memiliki arti yang berbeda disebut homonim