Thursday 24 January 2013

Menyimpulkan isi cerah dan Novel angkatan 20-30 an


A. Menyimpulkan Isi Ceramah
Mendengarkan ceramah tidak hanya membutuhkan konsentrasi sepanjang ceramah berlangsung.Mendengarkan ceramah juga harus didukung kemampuan memahami dan mengambil simpulan tentang isi ceramah. Apalagi jika materi ceramah merupakan hal penting yang harus dikuasai. Termasuk juga kegiatan pembelajaran di kelas.
Kadang masih ditemukan mata pelajaran yang disajikan dalam bentuk ceramah oleh guru. Pernahkah kalian menemui kesulitan ketika harus mengikuti ceramah? Apa saja kesulitan yang kalian temukan? Semoga kegiatan pembelajaran berikut akan banyak membantu kalian menjadi pendengar ceramah yang baik.
1. Mencatat Hal-hal Penting tentang Isi Ceramah
Materi ceramah memang biasanya berisi hal-hal yang penting. Namun, dari yang penting itu ada yang bisa dicatat sebagai hal inti yang merupakan pokok-pokok isi ceramah. Selain catatan tentang pokok-pokok ceramah itu sangat berguna, mencatat pada saat mendengarkan ceramah juga bisa menjadi sarana menjaga agar tetap konsentrasi terhadap ceramah.
2. Membuat Simpulan tentang Isi Ceramah
Pada akhir kegiatan mendengarkan ceramah, kalian harus dapat membuat simpulan tentang isi ceramah yang kalian dengarkan. Hal ini tentu dilakukan sebagai pengukur apakah ceramah yang disimak dapat dipahami atau tidak. Kegiatan menyimpulkan isi ceramah diawali dari hasil catatan pokok isi cermah yang telah kita buat, kemudian kita buat simpulannya.
B. Berceramah
Berceramah tak jauh berbeda dengan berpidato atau bentukbentuk penyajian lisan yang lain. Satu hal yang sedikit membedakan antara keduanya adalah pada ceramah tujuannya lebih fokus pada penjelasan atau penyampaian informasi yang sebelumnya belum diketahui oleh pendengarnya. Jadi, pada ceramah, benar-benar pendengarnya belum tahu dan sangat membutuhkan informasi yang diceramahkan, sedangkan pada pidato terkesan sekadar melengkapi acara dan isi pidatonya kadang diabaikan oleh pendengarnya.
Berlatihlah menjadi penceramah yang piawai, yang mampu mempengaruhi pendengar, dan sanggup memahamkan pendengar ceramah!
1. Merencanakan ceramah dalam bentuk garis besar ceramah
Sebelum melakukan ceramah, persiapan yang perlu dilakukan adalah membuat rencana ceramah dalam bentuk garis besar materi yang akan disampaikan. Hal ini mirip dengan berpidato dengan metode ekstemporan, yaitu berpidato dengan pedoman kerangka pidato. Garis besar isi sebuah ceramah adalah sebagai berikut.
a. Pembuka
Berisi sapaan kepada para peserta ceramah, menanyakan keadaan peserta ceramah, mengajak bersyukur, sampaikan ucapan terima kasih atas diberikannya kesempatan berbicara di depan para peserta, sampaikan harapan.
b. Pengantar menuju materi ceramah
Berisi penyampaian judul ceramah, isi materi yang akan dibahas, serta pentingnya materi tersebut dibahas dalam ceramah, perlu disampaikan juga metode ceramah, kapan peserta boleh bertanya, bagaimana prosedur penyampaian pertanyaan dan sebagainya.
c. Materi inti
Berisi penyampaian isi materi ceramah dengan uraian dan contoh sejelas-jelasnya sehingga peserta ceramah memperoleh kejelasan dan kepuasan setelah ceramah.
d. Simpulan ceramah
Sebelum ceramah diakhiri, sampaikan simpulan isi pembicaraan agar para peserta memperoleh satu pemahaman tentang materi yang diceramahkan.
e. Penutup
Jika sudah tidak ada pertanyaan atau permasalahan yang perlu dibahas dalam ceramah dan waktu yang disediakan untuk ceramah telah usai maka akhiri ceramah dengan mengucapkan terima kasih atas perhatian para peserta dalam mengikuti ceramah dan sampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan dalam penyampaian ceramah.
2. Mencari pendukung materi ceramah
Memberikan ceramah merupakan kegiatan menjelaskan suatu materi kepada para peserta ceramah. Oleh karena itu, isi materi harus didukung dengan berbagai bahan pendukung, sumber referensi dan sumber materi yang lain. Berdasarkan topik yang dipilih, carilah materi pendukung selengkap mungkin.
3. Melatih keberanian dan kelancaran berceramah
Kunci sukses orang berbicara di depan umum adalah keberanian. Sebagus apa pun persipan yang telah direncanakan, jika tidak didukung dengan keberanian menyampaikan materi pembicaraan di depan umum, maka persiapan tersebut menjadi sia-sia dan tidak berarti karena ceramah akan menemui kegagalan.
C. Menemukan Adat, Kebiasaan, dan Etika Moral dalam Novel 20-30an

Masyakarat dan budaya adalah dua hal yang tak mungkin dipisahkan. Di mana berkembang sekelompok masyarakat, di situlah berakarnya budaya masyarakat tersebut. Hal itu berlaku pada masyarakat tempo dulu sampai masyarakat sekarang. Untuk mengetahui keberadaan budaya masyarakat tempo dulu, dapat kita lakukan melalui penelitian fakta sejarah. Salah satu fakta sejarah adalah hasil karya budaya tulis berupa karya sastra.

1. Adat dan Kebiasaan dalam Novel 20-30an Novel, yang dikenal dengan sebutan roman, sudah bisa kita temukan sebagai hasil karya masyarakat tahun 20-30an. Sejarah sastra mencatat beberapa judul novel kala itu sebagai berikut.
1. Judul : Azab dan Sengasara,
Karya : Merari Siregar
Penerbit : Balai Pustaka tahun 1920
2. Judul : Asmara Djaya
Karya : Adinegoro
Penerbit : Balai Pustaka tahun 1928
3. Judul : Kalau Tak Untung
Karya : Selasih
Penerbit : Balai Pustaka
4. Judul : Salah Asuhan
Karya : Abdul Muis
Penerbit : Balai Pustaka 1928
5. Judul : Siti Nurbaya
Karya : Marah Rusli
Penerbit : Balai Pustaka 1922
Judul-judul novel tahun 20-30an tersebut baru sebagian kecil sebagai contoh bahwa pada kurun waktu 20-30an budaya cerita prosa telah cukup berkembang di nusantara. Pada pembelajaran ini kalian dapat amati temuan berupa adat dan kebiasaan pada novel 20-30an. Tentu saja hal itu harus dilakukan dengan ketekunan kalian mecari lalu membaca novel-novel tersebut.
Contoh : Adat dan kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut.
1. Menikahkan anak secara paksa (jodoh dipilihkan orang tua) Aminudin dijodohkan dengan wanita bukan pilihannya
2. Harta merupakan pertimbangan dalam menjodohkan anak Mariamin berasal dari keluarga kurang mampu maka ditolak oleh keluarga Aminudin.
3. Poligami (laki-laki dengan istri lebih dari satu) Kasibun mengku perjaka ternyata telah beristri, dan Mariamin dijadikan isteri kedua.
4. Kebiasaan minum dan berjudi Sutan Baringin ayah Mariamin menjadi bangkrut karena kebiasaan berjudi dan minum.

2. Etika Moral dalam Novel 20-30an
Sejak dulu sampai sekarang etika moral selalu dijunjung orang sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk berbudi yang menjaga etika dalm kehidupan dengan sesama manusia. Begitu juga dengan kehidupan tokoh-tokoh dalam novel 20- 30an juga mencerminkan etika-etika moral yang berkembang pada masa itu.
Contoh: Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut.
1. Anak sangat berbakti kepada orang tuanya Aminudin tak mencintai wanita pilihan orang tuanya namun tak berani menolak karena baktinya kepada orang tuanya.
2. Isteri sangat taat kepada suaminya Meskipun Mariamin ditipu oleh Kasibun yang mengaku perjaka, ia tetap berbakti kepada suaminya.
D. Menulis Surat Pembaca
Hal-hal yang secara nyata membedakan surat pembaca dari teks yang lain sebagai berikut.
1. Struktur
Susunan surat pembaca memang berbeda dari suratmenyurat biasa. Dalam surat pembaca alamat tujuan surat pembaca tidak ditulis dalam bagian tersendiri sebagaimana surat biasa. Namun demikian secara tersirat dapat diketahui surat pembaca itu ditujukan kepada siapa.
2. Gaya bahasa
Gaya bahasa surat pembaca sangat beragam, tergantung pada gaya masing-masing pengirim surat. Ada surat pembaca dengan gaya mempertanyakan, menyindir, mengimbau, bahkan ada yang menulis surat pembaca berbentuk puisi atau anekdot.
3. Kesantunan
Apapun gaya penyampaian dalam surat pembaca, yang tak boleh dilupakan adalah kesantunan. Entah itu kritikan, pertanyaan, usulan atau apa pun isinya sebaiknya disampaikan dengan penuh kesantunan agar tidak menyebabkan ketersinggungan pihak yang dituju.
E. Kebahasaan
1. Kalimat Majemuk Setara
Perhatikan contoh berikut! (a) Andika memetik mangga 3 buah. (b) Andika memberikan mangga itu kepada Cica. (c) Andika memetik 3 buah mangga lalu memberikannya kepada Cica.
Perhatikan kalimat (c), pada kalimat tersebut terkandung dua kegiatan yang dilakukan oleh orang yang sama. Karena subjek atau pelaku kalimat tersebut sama, maka cukup disebut satu kali. Sehingga kalimat (c) adalah kalimat yang memiliki dua predikat dan dinyatakan dengan satu subjek. Yang terjadi pada kalimat (c) adalah pelesapan dua subjek yang sama disebutkan satu kali.
Setelah subjek itu dilesapkan maka yang terjadi adalah sebuah kalimat dengan satu subjek dan dua predikat. Jika batasan klausa adalah predikat, kalimat (c) memiliki dua klausa. Kalimat dengan pola semacam itu disebut kalimat majemuk.
Kalimat (c) merupakan hasil penggabungan dari kalimat (a) dan (b). Oleh karena itu kedua klausa yang terdapat pada kalimat (c) memiliki kedudukan yang sama atau setara. Kalimat dengan pola lebih dari satu klausa dengan hubungan yang setara pada masing-masing klausa, disebut kalimat majemuk setara.
Antara satu klausa dengan klausa yang lain dihubungkan dengan sebuah konjungsi. Dari jenis konjungsi yang digunakan itulah dipilah ada 6 jenis kalimat majemuk setara.
(a) Setara menggabungkan, dengan konjungsi dan
(b) Setara memilih, dengan konjungsi atau
(c) Setara urutan waktu, dengan konjungsi lalu, kemudian
(d) Setara menguatkan, dengan konjungsi bahkan, lagi pula
(e) Setara sebab akibat, dengan konjungsi karena, sebab
(f) Setara mempertentangkan, dengan konjungsi tetapi
2. Pemakaian Kata-Kata yang Berhomonim dalam Kalimat
Perhatikan contoh berikut!
Meskipun telah dua kali disaring, air dari kali ini masih tetap keruh.
Jika kalian perhatikan, pada kalimat tersebut digunakan dua kata yang sama persis dalam tulisan maupun ucapan tetapi dengan makna yang berbeda. Kata kali pada bagian awal memiliki arti tingkat keseringan atau frekuensi, sedangkan kata kali yang kedua adalah padanan dari kata sungai. Sebuah kata digunakan pada dua tempat dengan bentuk dan ucapan yang sama tetapi memiliki arti yang berbeda disebut homonim

No comments:

Post a Comment